Tuesday, September 18, 2007

Membeli Alat Medis Pun Perlu Diuji Mutu

Alat Medis Pun Perlu Diuji Mutu

Peralatan medis kebanyakan diimpor dari Eropa, Jepang, Cina, dan Amerika Serikat.

Perlengkapan dan alat medis semisal X-Ray, CT-Scan, PET, USG, EEC, EMG, MRI, vital sign monitor, dan lainnya, kini telah menjadi standar yang dimiliki sebagian rumah sakit. Dengan alat-alat tersebut, tiap hari ribuan orang melakukan pemeriksaan kesehatan baik untuk keperluan general check-up maupun terapi pengobatan.

Jika diperhatikan, hampir sebagian besar penyakit akan melalui diagnosis maupun pengobatan yang ditopang oleh peralatan medis tadi. Dengan kata lain, penggunaan peralatan itu dalam membantu bidang kedokteran dewasa ini dinilai amat penting. Maka, mengingat peran strategisnya, Hal-hal ini pada akhirnya juga akan dapat meningkatkan kualitas pemeriksaan pasien. Demikian pulalah tujuan dari program pengujian mutu terhadap peralatan medis yang saat ini mulai digencarkan. Ini memang belum terlalu menonjol, lantaran sistem mutu dan program jaminan mutu alat medis masih belum banyak diterapkan di rumah sakit-rumah sakit di Indonesia.

Bukan tanpa sebab uji mutu harus dilakukan. Menurut penjelasan Kepala Bidang Teknologi Rekayasa Biomedia BPPT, Pratondo Busono PhD, kini sejumlah rumah sakit dan klinik di Indonesia kerap mendatangkan peralatan medis dari berbagai merek, model, dan variasi life time.

''Kebanyakan diimpor dari Eropa, Jepang, Cina, dan Amerika Serikat,'' kata dia di sela acara Semiloka Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian Peralatan Medis, Rabu (13/12) di Jakarta. Banyaknya pemasok itu cukup menguntungkan, terutama dari segi harga maupun ragam pilihan. Tapi kemudian, mutu dari peralatan-peralatan itu pun menjadi beragam pula, yang akhirnya memunculkan problem. ''Masih ada peralatan yang belum memenuhi standar,'' ungkap Pratondo.

Sinyalemen tersebut bisa jadi terkait dengan pertanyaan, apakah peralatan tadi sudah dioperasikan sesuai standar dan memberikan hasil yang valid dan akurat. Ini mengingat perlakuan terhadap alat dari satu pemakai ke pemakai lain tidaklah sama. Sehingga, pemeriksaan serta pengukuran bisa saja memberikan hasil yang berbeda. Di sinilah pentingnya ada uji standar.

Di bidang alat medis, selama ini dikenal adanya standar yang telah ditetapkan secara nasional antara lain oleh BSN, maupun internasional. Di dalam negeri, untuk uji mutu, biasanya dilakukan di laboratorium BPFK-Depkes, LIPI, Batan, Bapeten, dan laboratorium milik universitas maupun swasta.

Hal yang sama juga sedang dipersiapkan BPPT. Pihaknya, lanjut Pratondo, akan membangun laboratorium uji, akan tetapi sebelum sampai tahap pelaksaaan, disyaratkan harus memiliki akreditasi lebih dulu. ''Kita sedang dalam proses mengajukan akreditasi. Nantinya, kita akan bisa melakukan uji terhadap peralatan USG, dopler USG, X-Ray radiography, dan mammography,'' tambahnya.

Dia menjelaskan bahwa metode dan teknik pengujian alat-alat itu berbeda-beda, tergantung dari jenis alatnya. Namun, secara garis besar, ada tiga tahap pengujian. Tahap pertama yakni frequent quality assurance testing, kedua, semi annual or annual quality assurance testing, dan ketiga acceptance testing or baseline setup. Alat ujinya sendiri cukup beragam, mulai dari thermo hygrometer, electrical safety analyzer, multimeter, avometer, multi function meter, KV meter, dan lain-lain.

Kepala Pusat Sarana, Prasarana, dan Peralatan Kesehatan Depkes RI, Tugojono, mengatakan bahwa pihaknya telah menggariskan setiap lembaga kesehatan harus membuat proses guna memastikan pemantauan dan pengukuran dikerjakan dengan konsisten sesuai persyaratan. ''Jika diperlukan, untuk memastikan kevalidan hasil, perlengkapan itu harus dikalibrasi atau diverifikasi pada selang waktu tertentu atau sebelum dipakai,'' paparnya.

Di samping itu, untuk menjamin keandalan peralatan, pihak rumah sakit harus senantiasa memonitor batas ambang keselamatan dan kriteria unjuk kerja alat. ''Tak kalah penting, bagaimana menjamin tersedianya operator yang terlatih dan tersertifikasi,'' imbuhnya. Untuk pihak rumah sakit, uji mutu diharapkan dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien. Sebab bukan rahasia lagi, tandas Ketua Persatuan Rumah Sakit se-Indonesia (Persi), Adib Abdullah Yahya, di era global kini, banyak pasien yang memilih berobat ke luar negeri.

Belum lagi dengan mulai masuknya jaringan rumah sakit dan tim dokter asing ke Indonesia, yang bila tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas, bisa berpengaruh terhadap daya saing. ''Tapi, perlu diingat, mutu saja tidak cukup, harus ada jaminan keamanan bagi pasien,'' tegas Adib.

Pada beberapa tahun belakangan memang dirasakan, tuntutan masyarakat di bidang kesehatan akan kualitas, transparansi, dan keamanan, semakin tinggi. Karenanya, untuk dapat memenuhi harapan tersebut, mau tak mau membutuhkan kesiapan semua aspek di tiap rumah sakit, termasuk peralatan yang digunakan. yus Global-Alkes : Bursa Online Jual Beli Dan Info Harga Alat Kesehatan

No comments: