Saturday, September 15, 2007

Pemasaran Alat Kesehatan Asal Jerman PT Global Sehat Indonesia

Pemasaran Alat Kesehatan Asal Jerman PT Global Sehat Indonesia

SATU lagi perusahaan berskala internasional yang dimiliki anak bangsa, bakal meramaikan sekaligus menggairahkan iklim berbisnis di Indonesia Perusahaan yang diberi nama PT Global Sehat Indonesia (GSI) ini merupakan distributor tunggal alat kesehatan produk Jerman yang dipasarkan lewat jaringan multi level marketing (MLM). Siapa proprietor yang begitu responsif menggarap bisnis tersebut, dan bagaimana kemampuan memprediksi peluang pasar ke depan?

Adalah Dra. Lusiana, M.M., M.Sc. – wanita pengusaha sukses yang memiliki beberapa bisnis yang terkait pariwisata di Bali yang merasa tertantang untuk menggeluti bisnis satu-satunya di Bali, Indonesia, bahkan di Asia Tenggara itu.
Ibu tiga putra-putri asal Lampung ini mengaku sudah merampungkan sebagian bisnis barunya yang bermitra dengan para pengusaha ekspatriat, baik di dalam maupun luar negeri. Tujuannya, memperluas jaringan bisnisnya hingga seluruh dunia. Bukan hal yang mustahil dilakukan seorang wanita dengan kemampuan pendidikan tinggi serta pengalaman cukup banyak di dunia usaha ini.
“Bagi saya, peluang tetap ada termasuk dalam situasi sulit sekalipun selama kita pandai membaca bisnis apa yang cocok dijalankan dalam kondisi saat ini. Kita harus berani mengambil risiko tapi dengan pertimbangan sangat matang, bukan asal-asalan punya modal besar,” ujar wanita bersuamikan pengusaha sukses di Jakarta ini sembari mengingatkan.
Berbekal niat dan tekad yang kuat itulah sosok mantan dosen di sebuah PTS di Lampung sekitar tahun 1992 ini, begitu piawai ‘membaca’ peluang sekaligus prospek bisnis ke depan. Diakui wanita yang sudah menunaikan ibadah haji ini, menjalin koneksi lewat berbisnis dengan para ekspatriat ini, membuat kemampuannya berbisnis makin terasah. “Saya jadi tahu prospek bisnis apa yang bisa berkembang tidak hanya di Bali tetapi juga di mana-mana termasuk di luar negeri, dan yang tahu situasi di luar sana, ‘kan mereka yang asli sana (orang asing –red),” ungkapnya terbuka.

Bisnis yang Bervariatif
PT GSI bagi wanita kelahiran 43 tahun silam itu sebenarnya bukan core bisnisnya, melainkan variasi bisnisnya. Baginya, melahirkan bisnis baru menjadi semacam ‘keharusan’ di tengah sengitnya persaingan bisnis saat ini. “Pengusaha harus makin pandai menyikapi situasi dan kondisi yang makin kompetitif saat ini. Untuk membuat bisnis baru tak mesti berorientasi pada modal semata, yang penting niat dan pandai membuat/menciptakan peluang baru dan bukan sebaliknya,” tambah wanita berkulit putih ini.

PT BI dan PT DJS
Selain menggebu untuk segera merealisasikan bisnis PT GSI, banyak perusahaan lainnya yang dikelola Lusiana bersama suami tercinta, namun tak sedikit di antaranya yang dijalankan sendiri sepenuhnya. Contoh yang mudah dilihat dan diingat adalah dua perusahaan eksis di Bali yakni PT Bali Ide (PT BI) dan PT Dewata Journey Service (PT DJS) yang saat ini memiliki tiga kantor (milik sendiri lagi –red) masing-masing di Renon, Sanur dan Jalan By Pass Ngurah Rai Pesanggaran. Dua perusahaan tersebut melayani segala aktivitas yang berkaitan dengan kebutuhan para ekspatriat di dalam dan luar Bali.
“Apa pun kebutuhan mereka, kami siap melayani. Mulai dari keinginan berlibur (dilayani lewat PT DJS – travel agent dan ticketing) sampai rencana berinvestasi di Bali khususnya, kami siap melayani mereka sesuai dengan moto kami yaitu ‘We are expert in expatriate needs’,” tambah wanita berpenampilan rapi ini.

Belajar Sendiri
Untuk mampu memberikan pelayanan maksimal kepada kliennya, anak ke-3 dari 6 bersaudara ini mengaku belajar sendiri hal-hal yang berkaitan dengan hukum dan aturan berbisnis yang benar. Selain otodidak, pemilik gelar M.M. dan M.Sc. untuk disiplin ilmu yang berbeda ini tetap menimba ilmu yang lain yakni ilmu hukum. “Saya tak ingin klien saya mempertanyakan kemampuan saya dalam melayani kebutuhan mereka. Untuk itu saya mesti menyiapkan diri dengan berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan bisnis saya yang berorientasi pada para ekspatriat seperti ingin membeli rumah, hotel, dan tanah, serta bagaimana investasi mereka aman dan tidak menyalahi aturan hukum di sini,” ujarnya. – adv.

Foto 1 :
Dra. Lusiana, M.M., M.Sc. dan suami
Dra. Lusiana, M.M., M.Sc.
Mantan Dosen Bahasa yang ‘Haus’ Ilmu

SEGUDANG ilmu yang telah dimiliki belum sepenuhnya memuaskan diri seorang Lusiana. Wanita berparas ayu dan terkesan awet muda ini dalam usianya yang sudah berkepala empat ini justru sedang getol-getolnya menimba ilmu hukum. Tentunya bukan untuk gagah-gagahan dan sekadar melengkapi sederet gelar di belakang namanya. “Saya ingin memuaskan klien saya,” jawabnya diplomatis. Boleh jadi klien menjadi salah satu alasan mengapa wanita mandiri ini rela menghabiskan waktunya untuk belajar lagi. Tapi yang pasti, kepuasan dari servis yang diberikan perusahaannya kepada kliennya adalah pertimbangan di atas segalanya. “Biar nggak kuper. Kalau ada klien saya tanya sesuatu hal yang berhubungan bisnis, saya punya bekalnya dan jika yang ditanyakan menyangkut soal aturan dan hukum berbisnis, saya juga nggak senewen menjawabnya. Artinya, saya harus bisa menghandel apa pun kebutuhan klien sesuai moto perusahaan kami,” tutur pemilik usaha perkebunan di Lampung ini.
Bagi alumnus Universitas Lampung jurusan Bahasa lulusan tahun 1992 itu, berbisnis di Bali secara benar dan halal sangat membantu negara dalam mendatangkan devisa. “Sebagai anak bangsa, kita juga mesti berusaha memajukan negara lewat kemampuan kita masing-masing,” kata Lusiana yang memiliki falsafah “Hidup Berakal dan Mati Beriman’ ini menutup rangkaian bincang-bincangnya mengenai obsesi dan rencana bisnisnya ke depan. – adv

No comments: